Mengapa Kami Mencintai Halaqah
Bismillah
… Halaqah seringkali di sebut Liqa’ ataupun kelompok terkecil dalam berjamaah.
Di dalam kelompok masyarakat kelompok terkecil ialah keluarga, maka di dalam
berjamaah, Halaqah inilah keluarganya.
Mengapa berjamaah?
Ada
kalanya keputusan hidup kita jamaah yang menentukan. Hidup tanpa dakwah tak ada
arti karena kita hanya menyoleh kan diri pribadi (diri sendiri). Boleh
dikatakan, hidup yang egois hanya mementingkan kepentingan sendiri. Seperti
yang kita ketahui selama ini, hidayah itu tidak akan datang sendiri, ataupun
langsung datang “plok” dari langit dan tiba-tiba kita berubah menjadi lebih
baik. Tetapi harus melalui perantara orang lain. Berbangga lah menjadi
orang-orang pengantar hidayah.
1. Karena berjamaah merupakan
kewajiban seorang Muslim
Kita bisa buka Qs An-Nisa : 1, Hai sekalian manusia,
bertakwa lah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memper
kembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwa lah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (pelihara
lah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.
Ali Imran: 103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hati mu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Qs Al-Maidah ayat 2, “………….., Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. …..”
“Tidak
halal darah seorang muslim kecuali dengan tiga hal:……, ……., dan orang yang
keluar dari Agama dan meninggalkan jamaah” (di keluarkan oleh Bukhari, 6/9; dan
Muslim, 3/1303).
Jamaah yang di maksud ialah jamaah Islamiyah yang
mempersatukan seluruh kaum Muslimin, sehingga tidak ada kaum yang berpecah dan
bergolong-golongan. Inti dari ayat dan hadits di atas ialah agar kita berjamaah
dan bersatu. Allah dan Rasul-Nya tidak menyukai jika kita hidup menyendiri.
2.
Karena berjamaah merupakan sarana terbaik untuk menjauhkan dari syethan.
Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat Muhammad dalam
kesesatan, karena bagi siapa yang keluar dari Jamaah maka neraka tantangannya.
Jika kita sendirian, tentu pikiran-pikiran kotor sering terlintas (mau coba?
Coba saja kalau kita hidup 1 bulan dan tidak berinteraksi dengan orang lain.
Bagaimana rasanya?). Tetapi, jika berjamaah kita menjadi kuat. Tentunya dari
berjamaah pula begitu banyak kita dapatkan setruman-setruman dan target-target
besar yang mampu di kerjakan secara bersama-sama.
3.
Karena jamaah itu jalan cepat menuju surga.
Jika kita hidup menyendiri, amalan-amalan yang kita lakukan
juga mendapat pahala sendiri. Masih ingat tentang amalan shalat berjamaah?
Berapa kali lipat besar pahalanya, di bandingkan dengan amalan shalat
sendirian? Nah, sama juga dengan amalan jama’i. Dalam berjamaah, kita saling
mengenal antar sesama Muslim/ah, dan tentunya suasana kehidupan kita
berbeda-beda. Di jamaah-lah kita berkesempatan berbuat baik kepada saudara dan
sesama Muslim lainnya. Kita juga saling mengingatkan, dsb.
Mengapa
kami mencintai halaqah?
Tentu pertanyaan ini muncul kepada kader-kader yang masih
awam dan tergolong baru dalam kancah dakwah. Karena, dalam dunia dakwah
membutuhkan sarana tarbiyah diri yang salah satu cabangnya merupakan halaqah.
Kami butuh hidayah dan semangat ruhiyah dari kawan-kawan se-lingkaran ataupun
dari motivasi murabbi/ah. Seringkali kami mendengar tentang “mensholehkan orang
lain”. Hal itu dapat terwujud jika kami hidup berjamaah (Oia, jamaah di sini
bukan jamaah dari sekelompok kaum muslimin). Kader dakwah mempunyai
ketulusan hati tanpa kepura-puraan.
Kami masih ingat keadaan di awal sebelum halaqah. Di mana di
masa itu, kami hanya memikirkan nasib masa depan kami. Jarang- dan bahkan tidak
pernah terlintas sedikit pun kami memikirkan nasib saudara-saudara kami. Dalam
tulisan di buku impian kami, hanya tergores impian-impian memajukan nasib
pribadi dan keluarga terdekat dan orientasinya lebih besar tentang kesuksesan
dunia (jadi pengusaha sukses, selama kuliah dapat IPK tinggi dan tamat cum
laude, orang terkaya di wilayah/kampung, s2 dan s3 di luar negri…
sekitar-sekitar itu). Apakah engkau juga merasakan apa yang kami rasakan?
Namun, ketika dalam dekapan halaqah? Bagaimana kondisi hati
dan pikiran kami? Apakah kami tetap memikirkan pribadi saja? Tentu, jawabannya
tidak! Kami telah berubah. Kami memikirkan keadaan umat dan saudara-saudara
kami. Orientasi kami tidak hanya lingkungan pribadi dan keluarga, namun juga
lingkungan masyarakat, wilayah, negara bahkan memikirkan umat Islam se-dunia.
Subhanallah. Cita-cita tertinggi kami tidak hanya berkisar urusan duniawi,
sukses kefanaan saja, namun adalah jihad fisabilillah dan sukses di Akhirat.
Aamiin.
Sebelum kami bergabung di halaqah, terlintas di pikiran
bahwa menghafal 30 juz Al-Quran yang terdiri dari 6.000-an ayat SANGAT SULIT!!!
Sehingga tak ada semangat untuk berusaha menghafalnya. Bagaimana denganmu?
Apakah sama dengan yang kami rasakan? Nah, bagaimana keadaan kami setelah
halaqah? Apakah masih menemukan kesulitan? Jawabannya seringkali kami dapatkan
begini: menghafalnya tidak sulit, namun mempertahankan hafalan Al-Quran butuh
keistiqamahan… yup begitulah! Di halaqah kami di ajarkan tentang arti
keistiqamahan. Jikalau iman sedang menurun, maka terlihat kawan-kawan
selingkaran yang sedang semangat imannya, maka kami ikutan naik dan
bersemangat.
Mengapa
kami mencintai halaqah?
Kami coba bandingkan dengan kehidupan silam yang masih
jahiliyah. Di halaqah, kami selalu mendapatkan informasi update baik itu
tentang ilmu maupun berita dan keadaan umat Muslim dunia. Sehingga, kami di
dalam lingkaran menjadi termotivasi berlomba-lomba berburu informasi. Sangat
berbeda, jika kami hidup sendiri – sendiri… mungkin kami merasa acuh dan tidak
peduli dengan saudara yang lain. Pernahkah terpikirkan? Bahwa, ilmu itu ibarat
air. Jika air dibiarkan tergenang dan mengendap akan bersarang nyamuk. Begitu
pula ilmu, jika kita biarkan mengendap di otak tak ada manfaatnya. Namun, jika
kami mentransfer kan ilmu kepada saudara kami, tentu akan lebih banyak manfaatnya.
Maka, di halaqahlah kami mendapatkan itu semua.
Tentunya lebih banyak alasan-alasan lain, mengapa kami
mencintai halaqah. Untuk itu, bagi Antum/antunna yang merasakan kejenuhan
ketika berhalaqah, maka tanyalah ke pribadi. Apakah niat mengikuti halaqah?
Apakah niat itu ikhlas karena Allah? Mandirilah Antum, maka Antum akan menjadi
orang yang merdeka dan maju. Pantang cengeng bagi kader dakwah. Karena, dakwah
tidak membutuhkan kader-kader manja. Hanya ada 1 keputusan: jika tidak mampu di
bina, maka di binasakan saja (hehehe… upsss, afwan). Ingat! Dalam dakwah tidak
ada “senioritas”. Ketika kita niatkan dakwah ini karena Allah, maka tidak ada
kata mundur walaupun satu langkah. Kabbiruuuu!! Allaahuakbar.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/09/12/22821/mengapa-kami-mencintai-halaqah
Halaqah ini akan di
ikuti oleh semua simpatisan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang sengaja
menyisihkan waktunya untuk bisa fastabikul khairat dalam menghafalkan ayat demi
ayat dalam alqur'an mengingat keutamaan yang sangat besar untuk bekal akhirat.
"Demikianlah tulisan ini kami buat semoga dapat
bermanfaat untuk kita semua"